Setidaknya ada 5 jenis sepeda gunung berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Cross country (XC)
Dirancang
untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan
optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan
tanah pedesaan.
b. All mountain (AM)
Dirancang untuk lintas
alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan
berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Keunggulan all
mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Hampir
semua sepeda AM bertipe full-suspension.
c. Freeride (FR)
Dirancang
untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi
ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah all
mountain karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai
jarak jauh.
d. Downhill (DH)
Dirancang agar dapat melaju
cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan gunung. Mampu menikung
dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu dilengkapi suspensi
belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi. Sepeda DH tidak
mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai untuk turun gunung.
Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba, sehingga selain kekuatan,
yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana agar
dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para downhiller tidak
mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil. Tidak efisien
dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country.
e. Dirtjump (DJ)
Nama
lainnya adalah urban MTB. Penggemar jenis ini awalnya adalah anak muda
perkotaan yang menggunakan sepeda gunung selain sebagai alat
transportasi, ngebut di jalanan kota, juga digunakan untuk melakukan
atraksi lompatan tinggi dan ekstrim. Fungsinya mirip BMX namun dengan
bentuk yang diperbesar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar